SEPAKBOLA SEHARUSNYA MEMPERSATUKAN

Tommy R. Arief (ist)

Oleh: Tommy R. Arief*)

Di belahan dunia lain, sepakbola menjadi perekat dan pemersatu. Tanpa memandang latar belakang dan perbedaan apapun. Di belahan dunia yang terbelit perang saudara seperti di beberapa negara Afrika, sepakbola bahkan menjadi kunci pemersatu.

Ketika Pantai Gading lolos ke Piala Dunia 2010, sang kapten Didier Drogba berbicara di televisi nasional sekitar 10 menit. Drogba meminta perang antarsuku yang sudah berlangsung puluhan tahun di negaranya diakhiri. Sebagai wujud kebanggaan nasional atas perjuangan Drogba cs, para pihak yang bertikai berhenti berperang. Bahkan sampai hari ini.

Pertanyaan yang menggelitik untuk kita semua adalah mengapa di Indonesia sepakbola justru menjadi alat “pemecah belah” antar masyarakat, suporter atau pendukung.

Padahal melalui pendirian PSSI 88 tahun lalu, sepakbola Indonesia dibangun melalui semangat kebangsaan yang mempersatukan seluruh elemen bangsa untuk mencapai kemerdekaan. Sepakbola menjadi alat pemersatu bangsa dalam membangun karakter nasional.

Tetapi mengapa kini anak-anak bangsa seolah terpecah belah dan saling membenci karena sepakbola? Bahkan anak-anak bangsa saling membunuh karena sepakbola.

Apapun alasannya, tindakan terkutuk seperti ini tidak bisa dibenarkan. Harus ada tindakan hukum yang sangat tegas kepada siapapun yang bertanggungjawab. Termasuk aktor intelektual yang selama ini seolah tersembunyi dari hukum.

Saya setuju keputusan BOPI dan KEMENPORA yang menghentikan sementara kompetisi Liga 1. Bagaimanapun dengan alasan apa pun, PSSI adalah pihak yang paling bertanggungjawab. Jika kita harus mengalami sanksi atau kondisi seperti Inggris yang “diisolir” dari ajang internasional selama lima tahun karena kelakuan brutal hooligans tahun 1985? Apakah semua bentuk kompetisi nasional dengan segala konsekuensinya, harus dihentikan selama lima tahun, sampai PSSI mampu menemukan formula yang tepat guna untuk urusan suporter?

Satu nyawa melayang tidak akan terbayarkan dengan dalih apa pun. Mengurus PSSI bukan pekerjaan sambilan. Apalagi hanya memanfaatkan PSSI sebagai wahana untuk mencapai target politik.

Budaya malu dan nilai moral adalah salah-satu landasan utama berdirinya PSSI oleh para pejuang sepakbola Indonesia.

*)Mantan Direktur Media PSSI/CALEG DPR-RI Dapil Maluku Utara, No.Urut 2 Partai Demokrat

didit

Recent Posts

AHY Resmi Sandang Gelar Doktor Dengan Predikat Cum Laude dari Universitas Airlangga

Surabaya-Jawa Timur: Dengan predikat Cum Laude, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berhasil menyelesaikan studi doktoralnya, melalui…

1 week ago

Penuh Haru, Menteri AHY Persembahkan Gelar Doktor untuk Almarhumah Ibu Ani Yudhoyono

Surabaya: Menteri ATR/Kepala BPN,  Agus Harimurti Yudhoyono(AHY) resmi menyelesaikan studi Doktoralnya setelah melaksanakan Ujian Doktor…

1 week ago

Dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, Menteri ATR/Kepala BPN dan Wamen ATR/Waka BPN Ikuti Upacara Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya

Jakarta: Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Wakil…

2 weeks ago

HUT ke-23 Partai Demokrat, AHY: Lanjutkan Pembangunan, Tingkatkan Kesejahteraan

Jakarta - Dalam suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti…

1 month ago

Hadir di SMA Taruna Nusantara sebagai Alumni, Menteri AHY Motivasi Siswa untuk Menjadi Generasi yang Optimis dan Berkarakter

Magelang: Menteri ATR/Kepala BPN, Agus Harimurti Yudhoyono(AHY) memberikan ceramah kepada 1.099 siswa/siswi SMA Taruna Nusantara…

1 month ago

Hadiri Penutupan Rapimnas Partai Gerindra, AHY: Demokrat Selalu Siap Bersinergi Untuk Rakyat

Jakarta; Menghadiri secara langsung Penutupan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Apel Akbar Partai Gerindra di…

2 months ago