Oleh: Firliana Purwanti, SH. LLM

Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

DPP Partai Demokrat

Upaya penanggulangan dampak perubahan iklim dan pemanasan global tanpa keadilan terhadap perempuan akan sia-sia. Tak heran tahun ini organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pun mengangkat tema “Gender equality today for a sustainable tomorrow” dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2022. Tulisan ini akan menjelaskan apa itu pemanasan global, bagaimana perubahan iklim berdampak pada perempuan, mengapa pemberdayaan perempuan berkontribusi bagi masa depan yang berkelanjutan dan apa peran Partai Demokrat dalam hal ini?

Secara sederhana, pemanasan global terjadi ketika suhu bumi meningkat akibat kegiatan manusia yang menghasilkan karbon dioksida, seperti asap dari kendaraan bermotor dan industri pabrik bertambah, sedangkan jumlah hutan yang bisa menyerap karbon dioksida berkurang. Surplus karbon dioksida ini kemudian diserap oleh atmosfer menjadi penahan panas yang membuat suhu bumi meningkat.

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa kenaikan suhu rata-rata bumi sudah lebih dari 1° Celsius setiap tahunnya selama 2014 – 2019. “Badan Metereologi Internasional memprediksi antara 2020 sampai dengan 2024 kenaikan suhu global akan melebihi 1,5° Celsius per tahun,” ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG.

Salah satu dampak perubahan iklim ekstrem adalah gunung es di kutub mencair sehingga permukaan rata-rata air laut naik dan mengakibatkan abrasi di daerah pesisir. Sebuah media independen, Mongabay, melaporkan abrasi di pantai utara (pantura) Jawa mencapai dua meter per tahun. Komunitas nelayan miskin yang tinggal di pantai utara Jawa Barat seperti Bekasi dan Karawang, harus bertahan di lokasi abrasi karena tidak mampu untuk membeli tanah di tempat baru.

Kualitas hidup para istri dan anak-anak keluarga nelayan pun menurun karena air laut membanjiri halaman belakang, merusak tembok, membuat rumah tidak layak huni. Kondisi seperti ini membuat peran tradisional domestik perempuan lebih berat, sedangkan 70% perempuan di pesisir juga bekerja sebagai buruh yang memproses ikan asin atau pun terasi udang.

PBB mengatakan bahwa kebanyakan anak perempuan yang tidak bisa menyelesaikan pendidikannya berada di tempat-tempat yang paling banyak terkena dampak perubahan iklim. Maka bisa diduga bahwa anak-anak perempuan di pesisir utara Jawa juga rawan terjebak dalam kemiskinan dan putus sekolah. Berdasarkan Survei Sosial Nasional 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rata-rata lama sekolah perempuan di Karawang, salah satu kabupaten yang berada di pantura, adalah tujuh tahun atau setara dengan kelas 1 SMP.

Kemiskinan dan perubahan iklim membuat perempuan semakin terpinggirkan karena beban ganda yang harus mereka tanggung. Rendahnya pendidikan menempatkan mereka pada posisi yang jauh dari pusaran kekuasaan sehingga sulit mempengaruhi para pembuat kebijakan agar memprioritaskan penanganan dampak perubahan iklim.

Sebagaimana dikutip oleh Mongabay, Wanasuki, seorang warga Karawang mengatakan, “Kami prihatin sekali ketika pantai kami tercemar tumpahan minyak Juli 2019 lalu, desa ini dikunjungi banyak pejabat. Mereka berniat menangani terkait abrasi. Nyatanya kabar itu lenyap, abrasi kembali menjadi cerita.”

Perempuan, dan laki-laki, yang paling terkena dampak seharusnya berdaya agar mampu menyampaikan pengalaman hidupnya ke dalam ruang-ruang pembuatan kebijakan. Maka strategi yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan adalah pemberdayaan politik supaya perempuan pesisir pantai dapat mengorganisir diri dan memperjuangkan kepentingannya. Idealnya, kebijakan pemerintah terkait lingkungan disusun berdasarkan pengalaman perempuan yang terkena dampak langsung dari perubahan iklim.

Dampak pemanasan global nyata di depan mata, sebagai kader Partai Demokrat kita harus memikirkan dan memberikan solusi. Saat almarhum Ani Yudhoyono menerima Biodiversity Award 2019, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menyampaikan, “Kita ingin bumi Indonesia tetap hijau menjadi paru-paru dunia. Kita bisa menjadi bagian dari solusi menghadapi fenomena pemanasan global dan perubahan iklim.”

Pemberantasan kemiskinan, memastikan anak-anak perempuan pesisir pantai tidak putus sekolah, dan pemberdayaan politik agar mereka dapat mencapai posisi pembuat kebijakan adalah prioritas dari banyak solusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Untuk itu Partai Demokrat berkomitmen untuk terus memberdayakan perempuan demi mewujudkan masa depan Indonesia yang berkelanjutan. Selamat Hari Perempuan Internasional!

 

Referensi:

·        Gender Equality Today for a Sustainable Tomorrow

https://www.un.org/en/observances/womens-day

·        Pantura Jawa Terancam Karam

https://www.mongabay.co.id/2020/04/29/pantura-jawa-terancam-karam/

·        Potret Perempuan Karawang Hari Ini

https://karawangbekasi.jabarekspres.com/2021/12/22/potret-perempuan-karawang-hari-ini/

·        Suhu Rata-rata Global Makin Panas 5 Tahun ke Depan, Bagaimana di Indonesia?

https://news.detik.com/berita/d-5094145/suhu-rata-rata-global-makin-panas-5-tahun-ke-depan-bagaimana-di-indonesia

·        Pengertian Efek Rumah Kaca dan Penyebabnya

https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/61769b0f40a20/memahami-abrasi-dari-pengertian-sampai-regulasinya

·        Peran Produktif Wanita Pesisir Dalam Menunjang Usaha Perikanan di Kecamatan Tempuran, Karawang

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/sosek/article/view/6980

#IWD2022

#ClimateAction

#ClimateChange

#InternationalWomensDay

#BreakingTheBias

#WomenSupportingWomen