Mencari “Wise Person” Dunia Islam yang Baru di Pemilu 2019

Presiden RI ke-6 (2004-2014) Susilo Bambang Yudhoyono (Reuters)

Hiruk-pikuk pencalonan presiden kian terdengar nyaring bergema di ruang publik. Hanya 21 hari tersisa jelang waktu pendaftaran, membuat para politisi makin kasak-kusuk mencari dukungan guna menaikkan “NJOP” politiknya masing-masing. Tentu saja dengan harapan, ia bisa dilirik dan dijadikan pendamping oleh kandidat yang sudah hampir pasti maju dalam pemilihan.

Para pemimpin partai politik juga sedang berhitung cermat dalam memilih kandidat yang dirasa tepat. Sementara, kita sebagai rakyat biasa, menunggu dengan seksama, siapakah calon-calon yang nanti akan memimpin bangsa besar ini. Namun, tentu saja, kita berharap Indonesia akan dipimpin oleh tokoh yang arif bijaksana, yang bisa membuat negeri ini kembali menjadi terhormat di kancah internasional.

Sejak dulu, bangsa ini telah melahirkan banyak pemimpin besar yang membuat negara ini menjadi disegani. Soekarno, Soeharto, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah contoh nyata. Tiga presiden dari zaman berbeda, yang tidak hanya dianggap berjasa bagi rakyatnya, tetapi juga membuat Indonesia memiliki nama yang harum di pentas dunia.

Bahkan, nama terakhir, hingga kini masih menjadi satu dari sedikit figur yang paling dihormati, terutama di dalam pergaulan pemimpin Dunia Islam. Meski sudah pensiun selama empat tahun, SBY masih dianggap tokoh penting dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) atau yang sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan Organisasi Konferensi Islam.

Pada organisasi yang beranggotakan 57 negara, dan mempunyai perwakilan tetap di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini, SBY didapuk sebagai satu dari tiga wise person council. Bersama dua tokoh besar lainnya, mantan Presiden Turki Abdullah Gul dan mantan Presiden Nigeria Abdusalam Abubakar, SBY berperan memberi pandangan dan nasihat kepada OKI tentang mengelola Islam sedunia.

Bukan tanpa alasan SBY dinobatkan pada posisi yang sedemikian terhomat. Itu semua karena Dunia Islam menyadari, betapa besar jasa Presiden RI ke-6 itu, terutama dalam upaya mengatasi konflik Timur Tengah, seperti di Suriah dan Palestina, serta kejahatan kemanusiaan dan pembunuhan terhadap etnis Rohingya di Myanmar.

Jika menilik ke belakang, SBY termasuk pemimpin negara yang paling getol menyuarakan kemerdekaan bagi bangsa Palestina. Di beberapa forum internasional, ia kerap mendorong resolusi damai bagi kedua negara yang tengah berkonflik.

Seperti di forum pertemuan puncak US-ASEAN Summit tahun 2012 di Phnom Penh, Kamboja, SBY secara terang dan gamblang mendesak adanya gencatan senjata dan meminta negara-negara tertentu menghentikan kekerasan dan kekejaman tentara terhadap rakyat sipil.

SBY berpendapat, solusi paling realistis terhadap konflik yang terjadi adalah pendirian dua negara. Ia terus menyerukan agar Dewan Keamanan (DK) PBB segera mengambil langkah konkret untuk meredakan ketegangan di Gaza. Berdasarkan Piagam (Charter), DK PBB diharapkan mampu menyelesaikan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

Begitu juga dengan konflik Rohingya. SBY cukup aktif mendorong terwujudnya perdamaian dan tegaknya demokrasi di Myanmar. Baik itu melalui kebijakan dalam negeri maupun upaya diplomasi luar negeri.
Di dalam negeri, SBY sangat mendukung aksi-aksi penyaluran bantuan yang dilakukan sejumlah lembaga kemanusiaan, seperti PMI, ACT, Dompet Dhuafa, Pemuda Muhammadiyah dan lainnya.

Sedangkan dalam diplomasi luar negeri, SBY berkomunikasi dan melakukan kunjungan, serta mengutus Jusuf Kalla sebagai special envoy (utusan khusus) guna menyelesaikan konflik kemanusiaan tersebut. Terhadap pemimpin Myanmar, SBY melakukan pendekatan ekonomi (investasi di bidang perdagangan, pendidikan, dan kesehatan) dan demokratisasi (diplomasi melalui pertemuan ASEAN).

Itulah sejumlah kontribusi SBY sebagai pemimpin negara dengan mayoritas penduduk muslim terhadap Dunia Islam. Wajar saja jika hingga kini dunia internasional masih menghargai pemikiran dan kebijaksaan ketua umum Partai Demokrat ini. Dan, sebagai rakyat Indonesia, tentu saja kita patut berbangga.

Karena itulah, di Pemilu 2019 ini, kita berharap akan muncul pemimpin yang arif bijaksana seperti SBY. Siapapun itu, presiden baru atau petahana, yang penting bisa berkiprah dan memberikan kontribusi terhadap kemajuan Dunia Islam. Agar bangsa yang besar ini kembali dihormati oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

(Resti Sari/Kompasiana/dik)

didit

Recent Posts

AHY Resmi Sandang Gelar Doktor Dengan Predikat Cum Laude dari Universitas Airlangga

Surabaya-Jawa Timur: Dengan predikat Cum Laude, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berhasil menyelesaikan studi doktoralnya, melalui…

1 week ago

Penuh Haru, Menteri AHY Persembahkan Gelar Doktor untuk Almarhumah Ibu Ani Yudhoyono

Surabaya: Menteri ATR/Kepala BPN,  Agus Harimurti Yudhoyono(AHY) resmi menyelesaikan studi Doktoralnya setelah melaksanakan Ujian Doktor…

1 week ago

Dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, Menteri ATR/Kepala BPN dan Wamen ATR/Waka BPN Ikuti Upacara Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya

Jakarta: Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Wakil…

2 weeks ago

HUT ke-23 Partai Demokrat, AHY: Lanjutkan Pembangunan, Tingkatkan Kesejahteraan

Jakarta - Dalam suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti…

1 month ago

Hadir di SMA Taruna Nusantara sebagai Alumni, Menteri AHY Motivasi Siswa untuk Menjadi Generasi yang Optimis dan Berkarakter

Magelang: Menteri ATR/Kepala BPN, Agus Harimurti Yudhoyono(AHY) memberikan ceramah kepada 1.099 siswa/siswi SMA Taruna Nusantara…

1 month ago

Hadiri Penutupan Rapimnas Partai Gerindra, AHY: Demokrat Selalu Siap Bersinergi Untuk Rakyat

Jakarta; Menghadiri secara langsung Penutupan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Apel Akbar Partai Gerindra di…

2 months ago